Electronic Resource
Merenungi Tafsir Surat Al Ma’un
Di antara surat yang agung kedudukannya yang sering terdengar pada pendengaran kita, dan membutuhkan perenungan dan tadabbur adalah surat Al-Ma’un
Ayat 1:
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Maksudnya adalah tidakkah engkau menyaksikan wahai Muhammad orang yang mendustkan hari pembalasan, baik peristiwa-peristiwa yang ada di dalamnya berupa balasan dan sisksaan?. Dikatakan bahwa ayat ini umum bagi setiap orang yang menjadi sasaran perintah ini, mereka itulah orangorang yang mengingkari hari pembalasan
Ayat 2:
“Itulah orang yang menghardik anak yatim”. Maksudnya adalah Mereka yang mengahardik anak yatim, menzalimi hak-haknya, dan tidak memberinya makan, tidak berbuat baik kepada mereka. Yatim adalah orang yang bapakanya telah meninggal dan dia di bawah usia baligh baik lelaki atau wanita.
Ayat 3:
“dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.”. Maksudnya adalah tidak memerintahkan untuk memberi makan orang miskin karena kebakhilan atau karena mendustakan hari pembalasan.
Ayat 4:
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. Kata wail bermakna: Siksa bagi mereka. Sebagian ahli tafsir berkata: mereka adalah orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya, dan mereka tidak menunaikan shalat kecuali setelah keluar waktunya
Ayat 5:
(yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. Siapakah di antara kita yang tidak lupa dan tidak membisikkan sesuatu pada dirinya?. Dia berkata: Bukan itu maksudnya adalah menyia-nyiakan waktu shalat, dia lalai sehingga menyia-nyiakan waktu shalat. Dan ulama yang lain berkata: Mereka meninggalkan shalat dan tidak pula menunaikannya. Penafsiran ini datang dari Ibnu Abbas. Dan ada yang berkata: Mereka adalah orang-orang munafiq yang meninggalkan shalat secara rahasia dan
menjalankannya secara terang-terangan saja. Ibnu Katsir rahimhullah berkata: Maksudnya adalah mereka selalu atau biasanya meninggalkan shalat sampai akhir waktunya, atau mereka tidak mengerjakan shalat dengan sempurna baik dalam rukun-rukunnya, syaratsyaratnya, mereka tidak mengerjakannya sesuai dengan apa yang diperintahkan, atau mereka tidak khusyu dalam menjalankan shalat dan tidak pula merenungi makna yang terkandung di dalamnya. Makna lafaz yang disebutkan oleh Al-Qur’an tersebut mencakup semua makna ini. Maka setiap orang yang memiliki sifat seperti ini berarti dia termasuk dalam bagian yang disebutkan di dalam ayat di atas, dan barangsiapa yang memiliki prilaku seperti semua prilaku yang disebutkan di dalam penafsiran ayat di atas maka sempurnalah bagiannya dalam keburukan tersebut.
Ayat 6 dan Ayat 7:
“orang-orang yang berbuat ria. dan enggan (menolong dengan) barang berguna”. Artinya mereka tidak berbuat ihsan dalam beribadah kepada Tuhan mereka dengan mewujudkan keikhlaskan dalam beribadah kepada Allah SWT, dan tidak pula berbuat ihsan kepada makhluk -Nya walaupun dengan memberikan pinjaman barang yang bisa dimanfaatkan, dan bisa digunakan untuk keperluan tertentu padahal wujud barang tersebut tetap serta akan dikemblikan kepada mereka selaku pemilik, seperti meminjam bejana, ember dan parang. Maka orang yang bertipe seperti ini akan lebih gampang dalam meninggalkan zakat dan ibadah lainnya. Di antara pelajaran yang dapat dipetik dari ayat ini adalah:
Pertama: Ayat ini menjelaskan tentang anjuran memberi makan kepada orang miskin dan anak yatim.
Diriwyatkan oleh AL-Bukhari di dalam kitab shahihnya dari Sahl bin Sa’d bahwa Nabi Muhammad SAW.6
Kedua: Anjuran untuk menunaikan shalat pada waktunya.
Ketiga: Anjuran untuk mengerjakan kebajikan, dan berbuat baik kepada orang lain dengan ikhlas.
Tidak tersedia versi lain