Electronic Resource
Torang Samua Basudara : Nilai Budaya dalam Menjaga Kerukunan Hidup Beragama di Kota Manado
Kehidupan rukun dan damai dalammasyarakat merupakan cita-cita setiapkelompok masyarakat, terutama di negara yang majemuk seperti Indonesia. Perbedaan etnik, ras, kepercayaan, hingga agama sering kali mengakibatkan konflik horizontal diantara masyarakat. Hal ini tentu harus kita hindari agar tetap menjaga persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa. Berbagai cara telah dilakukan olehbeberapa pihak agar konflik-konfliktersebut tidak terjadi, karena dapat mengakibatkan dampak negatif kepada penerus bangsa. Secara teoritis, konflik dapat berdampak negatif, seperti terganggunya keserasian dalam hubungan sosial, merusak tujuan dan cita-citabersama, menimbulkan rasa kebencian dan kebingungan serta mengurangi kepercayaan, serta menimbulkan rasa ketidakadilan di kalangan masyarakat. (Coser, 2009). Perbedaan serta tidak saling menghargai dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu pendekatan persuasif kepadamasyarakat harus dilakukan berkenaan dengan wawasankebangsaan serta menghilangkan rasa intoleran dalamkehidupan sehari-hari. Fenomena konflik terjadi di Indonesia disebabkan oleh perbedaan agama dan etnik yang selalu di politisasi oleh aktor-aktor untuk mencapai tujuan kelompok tersebut, dari konflik itu juga melahirkan polarisasi kelompok etnik yang berdampak pada disintegrasi.
Dalam Nilai Torang Samua Basudara (kita semua bersaudara), nilai ini mengakar sejak jaman dahulu kehidupan keragaman budaya dan agama yang dinamis di Kota Manado, dari fenomena tersebut akan terciptanya kerukunan hidup beragama melalui komunikasi dan interaksi harmoni, saling menghormati, menghargai serta dapat membangun sebuah budaya gotong royong dan kebersamaan, kondisi tersebut akan membawa manfaat yang besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara
Torang Samua Basudara telah menjadi perekat dalam kerukunan kehidupan antaragama di Kota Manado, berdasarkan catatan sejarah dan antropologi memperlihatkan dinamika pertemuan etnik minahasa dan etnik
pendatang menunjukkan sikap keterbukaan dan penerimaan. Hal tersebut terjadi karena adanya pemahaman nilai tou yang menjadi cikal bakal lahirnya Torang Samua Basudara di tanah minahasa, berbagai konflik agama dan etnik yang terjadi di Indonesia namun tidak berdampak di wilayah kota Manado, menunjukkan nilai ini tidak hanya sebuah konsep tetapi melainkan sebagai fakta realitas yang terjadi dalam kehidupan masyarakat
Tidak tersedia versi lain